Sebagai newcomer di lapangan ini, saya mengamati dulu kegiatan orang-orang lainnya. Ada yang memang berlari, berjalan-jalan, bulu tangkis, skipping, yoga, in line skate, mengobrol, dan tentu saja...selfie! Orang yang datang pun beragam usianya, mulai dari lansia hingga bayi, ada di sini! Kumplit! Setelah saya puas mengamati, akhirnya saya pun melakukan pemanasan, memasang headset, menyalakan musik, dan berlari. Ya Tuhan, mengapa saya baru tahu ada kenikmatan menghabiskan weekend seperti ini di Bandung! Saya sangat menikmatinya, merasakan sejuknya angin, alunan musik, dan tentunya langkah kaki saya ketika berlari. Satu putaran, dua putaran, di tiga putaran saya merasa kelelahan. Namun, saya enggan untuk beranjak dari lintasan biru ini. Saya pun memutuskan untuk berjalan saja mengelilingi lapangan ini. Di putaran selanjutnya, saya pun lari kembali. Di putaran ke lima saya benar-benar kelelahan. Dan memutuskan untuk menepi sesaat. Saudara saya malah sudah duluan menepi dan mulai foto sana sini untuk di unggah di sosial medianya.
Karena masih ingin menikmati lapangan ini, kami pun kemudian memutuskan untuk menyewa raket, tentu saja sepaket dengan kok-nya. Dan harganya ternyata sangat ekonomis! Hanya dengan sepuluh ribu rupiah, kita bisa bermain bulu tangkis sepuasnya! Kami memilih tempat di samping tiang bendera untuk bermain bulu tangkis. Karena memang masih pemula, kami hanya bermain kira-kira 45 menit. Setelah membayar raket, aku masih saja enggan meninggalkan lapangan ini.
Dan tring!!!! Ternyata ada sebuah perpustakaan di samping Lapangan Gasibu ini. Dan beruntungnya kami, saat itu perpustakaannya baru saja buka (jadi belum ramai pengunjung). Ternyata perpustakaan ini buka setiap hari. Hari Senin-Jumat ia buka dari pukul 09.00-18.00, Sabtu 09.00-16.00 dan Minggu pukul 06.00-12.00. Perpustakaan ini cukup nyaman, ketika datang, kita diminta untuk mengisi buku tamu dan kemudian memasukkan barang bawaan ke dalam locker terkunci. Perpustakaan di lengkapi dengan pendingin ruangan dan beberapa komputer. Koleksi bukunya lumayan lengkap, mulai dari buku anak, agama, novel, dll.
Setelah menghabiskan beberapa waktu di perpustakaan ini. Saya pun mulai merasa lapar dan berpikir, sarapan apa ya, yang cocok setelah kami berolahraga dan membaca! Dan gaya andalan ketika kebingungan pun saya lakukan lagi, cek telepon seluler alias browsing sarapan apa yang enak di sekitaran sini. Tapi, pencarian pun berhenti sebelum dimulai. Dengan membaca status temanku, bahwa makan pecel di Taman Lansia adalah salah satu kenikmatan dunia:D Hahaha, status adalah salah satu iklan tak berbiaya. Taman Lansia letaknya tak jauh dari Lapangan Gasibu dan karena kami sudah lapar berat. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung menuju ke sana dan mencari kedai seperti yang ada di profil picture-nya temanku. Kedai itu pun ketemu dan langsunglah kami memesan nasi pecel! Dan lagi-lagi hanya dengan sepuluh ribu rupiah, kami dapat menikmati nasi pecel yang nikmat ini. Dan lagi-lagi....Tuhan, kenapa saya selama ini tak tahu ada yang menjual nasi pecel senikmat ini di Bandung. Saya mengamati sekeliling (lagi), dan ternyata ada sate kerang, sate telur puyuh, dan sate ayam di kedai ini. Sate-sate tersebut disajikan langsung di meja tanpa kita memesan sebelumnya. Ok, saya tergiur dengan sate kerangnya. Saya mencoba 1 tusuk dan ternyata...Ini sungguh enak! Saya pun mengambil 2 tusuk lagi. Setelah cukup puas makan nasi pecel dan sate kerang, kami pun membayarnya dan pulang. Oh, harga satu tusuk sate adalah 3000 rupiah. Karena saya makan pecel dan 3 tusuk sate, juga 2 gelas air mineral, jadi saya harus membayar 21 ribu rupiah. Inilah cerita di salah satu weekend saya, tak perlu keluar kota jauh-jauh untuk mendapatkan wisata sehat dan edukatif ketika kita mati gaya.