Meskipun WhatsApp belum mengumumkan harga resmi atau mekanisme pembayaran secara detail, fitur ini menjanjikan nilai lebih bagi pengguna aktif dan kreator konten. Hal unik dari sistem ini adalah fleksibilitasnya—admin kanal diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri manfaat apa yang akan didapat pelanggan mereka.
“Konten eksklusif akan bergantung pada strategi tiap channel. Kami hanya menyediakan dukungan teknis, sisanya keputusan ada di tangan admin,” kata Nikila.
Sementara itu, backend analitik yang disediakan akan memungkinkan pemilik kanal mengetahui performa konten mereka secara mendalam, seperti tayangan, rasio klik-tayang, total pengikut, hingga biaya per akuisisi.
3. Ads in Status: Solusi Iklan Tanpa Ganggu Privasi
Fitur ketiga yang tak kalah penting adalah iklan di Status, yang kini resmi diuji coba secara terbatas, termasuk di Indonesia. Menjawab permintaan lama dari para pelaku usaha, WhatsApp akhirnya menghadirkan cara baru untuk menjangkau konsumen melalui tayangan iklan yang muncul di fitur Status.
“Banyak pelaku usaha memberi masukan bahwa mereka ingin menjangkau konsumen tanpa mengganggu ruang pribadi mereka. Status dan Channel menjadi solusi terbaik untuk hal ini,” jelas Nikila.
Berbeda dengan platform Meta lainnya seperti Facebook atau Instagram yang menampilkan iklan dalam feed atau story, pendekatan WhatsApp terbilang lebih hati-hati. Iklan akan muncul hanya di ruang publik seperti Status atau Channel, tanpa menyusup ke percakapan pribadi yang sifatnya sangat sensitif.
Privasi Tetap Jadi Prioritas Utama
Meskipun ada fitur iklan dan pelacakan interaksi pengguna di tab Updates, Nikila menegaskan bahwa enkripsi end-to-end tetap menjadi fondasi utama WhatsApp. Artinya, tidak ada pihak ketiga, bahkan WhatsApp sendiri, yang dapat mengakses isi chat, panggilan, maupun status pengguna.