Ancaman seperti ini diprediksi akan semakin meluas, terutama menyasar eksekutif perusahaan besar, pejabat negara, dan figur publik di berbagai sektor.
AI: Pedang Bermata Dua yang Harus Diwaspadai
Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan AI adalah revolusi teknologi yang luar biasa. Namun, penggunaan teknologi ini secara tidak etis menghadirkan risiko baru yang tidak boleh dianggap sepele. Aksesibilitas terhadap perangkat lunak deepfake, kloning suara, dan chatbot AI kini semakin mudah dan murah, membuat siapa pun bisa menjadi korban berikutnya—baik individu maupun perusahaan besar.
Langkah preventif yang perlu dilakukan mencakup:
-
Meningkatkan literasi digital
-
Melakukan pelatihan keamanan siber secara berkala
-
Menggunakan sistem verifikasi ganda (2FA)
-
Mengembangkan kebijakan internal perusahaan yang tanggap terhadap tren penipuan digital terbaru
Selain itu, penting bagi semua pihak untuk tidak sembarangan membagikan data pribadi di internet, terutama di media sosial.
Penutup: Ancaman Nyata di Era Digital
Dengan potensi kerusakan yang bisa ditimbulkan, penipuan berbasis AI diprediksi menjadi ancaman keamanan digital nomor satu di tahun-tahun mendatang. Masyarakat, pelaku bisnis, dan regulator harus bergerak cepat menyusun regulasi dan edukasi untuk mencegah penyalahgunaan teknologi ini semakin luas.
Karena satu hal yang pasti: AI tidak akan menunggu kita siap. Maka dari itu, kesadaran dan kewaspadaan adalah kunci utama menghadapi ancaman yang tak terlihat namun sangat nyata