Pemerintahan Donald Trump mengambil langkah signifikan yang mengarah kepada kemunduran industri kendaraan listrik atau mobil listrik (EV) di Amerika Serikat (AS). Langkah-langkah ini mulai terasa setelah Trump mencabut mandat yang mendukung kendaraan listrik yang sebelumnya diusung oleh pemerintahan Joe Biden. Sejak awal kampanyenya, Trump sudah memperlihatkan kecenderungan untuk mendukung energi fosil dan meredam perkembangan teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Di tengah kebijakannya yang kontroversial, Trump sempat menunjukkan sikap yang lebih lunak ketika mendapatkan dukungan dari CEO Tesla, Elon Musk. Musk merupakan salah satu tokoh penting di industri mobil listrik yang sangat diandalkan di pasar AS. Meski pada awalnya Trump terkesan skeptis terhadap kendaraan listrik, mengingat tantangan yang dihadapi industri ini dalam bersaing dengan bahan bakar fosil, langkahnya setelah berkuasa memberi sinyal yang berbeda.
Setelah dilantik, Trump nampak tak ragu untuk membawa 'kiamat' bagi industri mobil listrik. Salah satu kebijakan terbaru yang dilaporkan adalah penutupan beberapa stasiun pengisian daya (charging station) mobil listrik di AS. Lembaga Layanan Umum (General Services Administration atau GSA), yang memiliki dan mengatur berbagai bangunan milik pemerintah, mengumumkan rencananya untuk menutup seluruh jaringan charging station EV, sebagaimana dilaporkan oleh The Verge dan dikutip oleh Tech Crunch pada tanggal 24 Februari 2025.
GSA sendiri mengoperasikan sekitar ratusan charging station EV, dengan total mencapai 8.000 colokan. Perangkat ini memang awalnya dibangun khusus untuk memenuhi kebutuhan pengisian daya mobil listrik milik pemerintah dan pegawai negeri sipil (PNS). Namun, sesuai informasi yang didapatkan dari sumber terpercaya oleh The Verge, pegawai pemerintah telah menerima instruksi untuk menutup stasiun pengisian daya milik pemerintah. Dilaporkan juga bahwa beberapa kantor regional sudah mulai menutup charging station di gedung mereka.