Mobil tanpa sopir atau kendaraan otonom selama ini dipandang sebagai masa depan transportasi yang menjanjikan kemudahan dan efisiensi. Namun, di balik inovasi canggih ini, sejumlah masalah serius muncul yang menimbulkan kekhawatiran besar, terutama di Amerika Serikat.
Waymo, perusahaan mobil otonom milik Alphabet, induk Google, baru-baru ini menjadi sorotan setelah mengumumkan penarikan lebih dari seribu unit mobil tanpa sopirnya akibat serangkaian insiden yang memicu keraguan terhadap keamanan teknologi ini.
Waymo mengumumkan penarikan sebanyak 1.212 kendaraan yang menggunakan teknologi mengemudi otomatis generasi kelima. Penarikan ini dilakukan setelah adanya laporan dan investigasi mendalam dari Badan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional Amerika Serikat (NHTSA) yang menemukan sejumlah kecelakaan yang melibatkan kendaraan Waymo sejak tahun 2022.
Meskipun tidak ada korban luka dalam insiden-insiden tersebut, NHTSA tetap menanggapi serius dengan membuka penyelidikan sejak Mei 2024. Hal ini terkait beberapa robotaxi Waymo yang menunjukkan pola berkendara yang dianggap melanggar aturan lalu lintas.
Menurut pernyataan NHTSA yang dikutip Reuters pada 15 Mei 2025, ada beberapa insiden di mana kendaraan otonom menabrak objek yang sebenarnya sangat jelas terlihat dan seharusnya bisa dihindari oleh pengemudi yang kompeten. Temuan ini menunjukkan adanya celah penting dalam sistem teknologi otonom Waymo yang selama ini diandalkan untuk menggantikan peran manusia dalam mengemudikan kendaraan.
Waymo sendiri mengoperasikan lebih dari 1.500 mobil otonom di sejumlah kota besar Amerika Serikat, termasuk San Francisco, Los Angeles, Phoenix, dan Austin. Setelah beberapa insiden terjadi, perusahaan mengklaim telah memperbaiki masalah melalui pembaruan perangkat lunak yang dilakukan pada Desember 2024. Namun, peristiwa ini menjadi titik kritis yang mengguncang kepercayaan publik terhadap masa depan transportasi otonom secara keseluruhan.