Menurut Microsoft, cara kerja Lumma dalam menginfeksi perangkat biasanya lewat aplikasi dan game yang sudah diretas lalu disebarkan secara gratis di internet. Ketika pengguna mengunduh dan memasang aplikasi tersebut, malware langsung tertanam dan mulai mencuri data tanpa disadari. Karena sifatnya yang tersembunyi dan mampu mencuri dalam jumlah besar, Lumma menjadi ancaman serius bagi keamanan digital banyak pengguna.
Dalam peta serangan yang dipublikasikan oleh Microsoft di situs resminya, Indonesia termasuk negara dengan tingkat infeksi Lumma yang sangat tinggi. Mayoritas komputer yang terinfeksi berada di Pulau Jawa, pusat ekonomi dan teknologi terbesar di Indonesia. Kondisi ini menunjukkan betapa rentannya perangkat pengguna di Indonesia terhadap serangan malware, terutama bagi mereka yang kurang waspada dalam mengunduh aplikasi dari sumber yang tidak resmi.
Fenomena ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran keamanan siber yang harus terus ditingkatkan, terutama di negara berkembang yang semakin bergantung pada teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. Ancaman malware seperti Lumma tidak hanya merugikan secara materi, tetapi juga dapat merusak kepercayaan pengguna terhadap teknologi yang semakin menjadi kebutuhan utama.
Pengguna komputer Windows di Indonesia dan seluruh dunia disarankan untuk selalu mengunduh aplikasi hanya dari sumber resmi, memperbarui sistem operasi secara rutin, dan menggunakan perangkat lunak keamanan yang terpercaya. Selain itu, kewaspadaan terhadap tautan dan email mencurigakan juga menjadi langkah penting dalam mencegah infeksi malware yang dapat merugikan.
Kasus Lumma Stealer menjadi pengingat keras bahwa kejahatan siber terus berevolusi dan berkembang. Perusahaan teknologi besar seperti Microsoft bersama aparat hukum harus bekerja sama untuk menghadang ancaman ini, namun perlindungan utama tetap berada di tangan pengguna melalui edukasi dan praktik keamanan yang baik.