Namun, Durov menegaskan bahwa ancaman terbesar terhadap privasi pengguna bukan berasal dari pemerintah, melainkan dari raksasa teknologi seperti Apple dan Alphabet (induk Google). Ia mengklaim bahwa kedua perusahaan ini memiliki kemampuan untuk menyensor konten dan mengakses data pengguna di perangkat mereka.
Kontroversi dan Keamanan Telegram
Telegram kerap menjadi sorotan global, terutama saat konflik Rusia-Ukraina pecah. Platform ini menjadi sumber informasi yang tidak disaring, membuatnya rentan terhadap penyebaran disinformasi. Meski demikian, Durov bersikeras bahwa sistem enkripsi Telegram tetap aman dari berbagai upaya peretasan, termasuk yang diduga dilakukan oleh FBI. Ia mengungkapkan bahwa badan intelijen AS tersebut pernah mencoba merekrut insinyur Telegram untuk menciptakan akses "backdoor", tetapi usaha itu gagal.
Kini, Telegram bukan hanya sekadar alternatif WhatsApp, tetapi juga telah berkembang menjadi platform digital besar yang sejajar dengan Facebook, Instagram, TikTok, dan WeChat. Bahkan, rumor beredar bahwa Telegram akan segera melakukan penawaran saham perdana (IPO) di bursa saham AS setelah mulai memperoleh keuntungan.