Wozniak menegaskan kembali pentingnya pendekatan kolaboratif dalam pengelolaan perusahaan. “Ketika Anda menjalankan sebuah bisnis, Anda mencari konsensus dan mengajak orang-orang untuk berbagi ide,” ujarnya. Ia memperjelas bahwa dalam lingkungan kerja, jika separuh dari karyawan merasa satu arah dan yang lainnya berseberangan, suatu negosiasi dan kompromi adalah langkah penting untuk mencapai kesepakatan.
Pendekatan ini, menurutnya, sangat bertolak belakang dengan gaya kepemimpinan Musk yang cenderung objektif dan langsung, di mana ia menghapus semua masalah yang ada dan memulai hal-hal baru. Strategi ini, kata Wozniak, sangat tidak cocok diterapkan dalam konteks pemerintahan.
Kondisi ini pun mencerminkan saat-saat yang krusial dalam hubungan antara Silicon Valley dan Washington. Batasan antara industri teknologi dan pemerintah kini semakin blur, terutama selama masa pemerintahan Trump yang kedua. Beberapa pemimpin teknologi telah mengambil peran formal maupun informal di dalam pemerintahan, yang menciptakan sebuah konteks di mana pengaruh mereka terhadap kebijakan publik semakin kuat.
Salah satu contoh jelas dari fenomena ini adalah penunjukan Elon Musk sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE). Ini merupakan posisi yang memberikan kekuatan tanpa preseden kepada Musk sebagai salah satu orang terkaya di dunia untuk mempengaruhi keputusan pemerintah federal. Sementara itu, tidak hanya Musk, Peter Thiel, salah satu pendiri PayPal dan investor awal Facebook, juga memiliki hubungan yang sangat dekat dengan pemerintah, yang menambah kompleksitas dalam dinamika ini.
Tren yang muncul ini bisa dilihat sebagai evolusi signifikan dalam cara perusahaan-perusahaan teknologi berinteraksi dengan pemerintah. Pendekatan lobi tradisional yang selama ini dilakukan oleh banyak perusahaan teknologi mulai mengalami transformasi dengan adanya keterlibatan langsung dari para pemimpin industri di dalam proses pengambilan keputusan.