Tampang.com | Setelah diorbitkan pada pertengahan 2023, Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) digadang-gadang sebagai solusi pemerataan internet di wilayah terpencil. Proyek ini disebut akan menyuplai koneksi cepat ke lebih dari 50 ribu titik layanan publik di desa dan daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Namun, realitas di lapangan tak seindah janji di atas kertas.
Hingga kini, keluhan soal lambatnya koneksi, jaringan yang sering putus, hingga titik layanan yang belum aktif masih banyak ditemukan di sejumlah wilayah.
Janji Manis vs Kenyataan Pahit
Pemerintah menyebut Satria-1 akan memberi akses internet 150 Gbps ke berbagai fasilitas publik seperti sekolah, puskesmas, dan kantor desa. Namun, di banyak lokasi, akses tersebut belum benar-benar terasa.