Model sistem yang digunakan dalam pelatihan robot medis ini menggabungkan pembelajaran imitasi dan machine learning, dengan arsitektur inti yang mirip dengan layanan ChatGPT buatan OpenAI. Perbedaannya terletak pada cara kerjanya; ChatGPT bekerja dengan kata-kata, sementara robot AI melakukan tugasnya dengan prinsip kinematik.
Para peneliti melatih robot dengan ratusan video operasi yang direkam dari kamera pada pergelangan tangan robot selama proses operasi berlangsung. Video-video tersebut direkam oleh dokter bedah ahli dari seluruh dunia.
Dalam perkembangan lainnya, hampir 7.000 sistem da Vinci kini digunakan di berbagai belahan dunia, dengan lebih dari 50.000 ahli bedah dilatih menggunakan sistem ini. Hal ini menghasilkan arsip data yang besar, yang dapat digunakan untuk melatih robot AI dalam melakukan imitasi tugas-tugas medis.
Menurut peneliti Ji Woong 'Brian' Kim, "Kami hanya perlu memberikan masukan gambar, lalu sistem AI akan menemukan aksi yang tepat untuk melakukan operasi."
Meskipun keberhasilan robot AI dalam melakukan tugas dokter menimbulkan kekhawatiran akan terancamnya profesi dokter, beberapa pihak optimis bahwa kehadiran teknologi ini dapat menjadi alat bantu yang memudahkan manusia dalam menyelesaikan tugasnya.
Meski begitu, penting untuk terus memantau perkembangan teknologi dan memastikan bahwa penggunaannya tetap sesuai dengan etika dan standar medis yang berlaku.