Dalam sebuah pembicaraan di Cyberwarcon, peneliti tersebut juga menyebutkan bahwa para pekerja IT Korea Utara yang mereka curigai sering kali membuat kesalahan dalam menggunakan bahasa, misalnya dalam pesan yang mereka kirim. Hal ini menjadi indikasi yang dapat digunakan untuk mendeteksi kecurangan identitas mereka.
Melihat dampak yang ditimbulkan oleh kelompok peretas Korea Utara, tidak heran jika pemerintah AS memberlakukan sanksi terhadap beberapa organisasi yang terkait dengan Korea Utara. FBI juga turut memperingatkan masyarakat tentang penggunaan "deepfakes" atau citra palsu yang sering kali digunakan oleh para pelaku kejahatan untuk mendapatkan pekerjaan di bidang teknologi.
Temuan peneliti keamanan ini memberikan gambaran yang cukup mengkhawatirkan tentang upaya Korea Utara dalam mencari sumber pendanaan untuk program senjata nuklirnya.
Hal ini juga menunjukkan perlunya perhatian ekstra dari perusahaan-perusahaan multinasional dalam memeriksa identitas dan latar belakang calon karyawan, terutama yang berasal dari negara dengan catatan keamanan yang meragukan. Dengan demikian, langkah pencegahan yang lebih ketat bisa diterapkan untuk menghindari kerugian yang ditimbulkan oleh kelompok peretas semacam ini.