Indonesia kini menjadi pasar terbesar layanan streaming video premium (SVOD) di kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan pesat industri ini dibuktikan dengan nilai pendapatan yang menembus angka US$552 juta atau sekitar Rp9 triliun sepanjang 2024, menjadikan Tanah Air sebagai kiblat baru bagi layanan digital berbasis langganan seperti Netflix, Disney+, hingga Vidio.
Hal ini disampaikan langsung oleh Agustini Rahayu, Deputi Bidang Kreativitas Media dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dalam forum US Business For Indonesia: Creative Economy Forum yang digelar di Jakarta pada Selasa (17/6/2025).
Menurut Agustini, lonjakan ini tak lepas dari peningkatan konsumsi konten digital oleh masyarakat Indonesia, terutama sejak masa pandemi. Masyarakat semakin terbiasa mengakses hiburan melalui platform digital berbayar yang menawarkan kenyamanan, kebebasan memilih tontonan, serta kualitas audio visual tinggi.
Potensi Pertumbuhan Masih Terbuka Lebar
Dalam paparannya, Agustini menjelaskan bahwa penetrasi pengguna SVOD di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 8,4%, dan angka ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 10% pada tahun 2030. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pertumbuhan industri streaming di Indonesia masih sangat besar, mengingat jumlah pengguna internet dan smartphone yang terus meningkat.
"Indonesia adalah pasar yang potensial, baik dari sisi demografi maupun teknologi. Konten digital menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat, dan SVOD menjadi jawaban atas kebutuhan tersebut," ujarnya.
Ancaman Pembajakan Masih Membayangi
Namun, di balik angka-angka yang mengesankan, ancaman pembajakan dan pelanggaran hak kekayaan intelektual (IP) menjadi tantangan serius yang tak bisa diabaikan. Salah satu contoh nyata adalah kasus kebocoran film lokal berjudul Jumbo yang sempat tersebar di situs ilegal seminggu sebelum tayang resmi di bioskop.