Namun, harus diingat bahwa meskipun terjadi pertumbuhan, pasar smartphone di Indonesia belum sepenuhnya pulih. Permintaan di pasar dianggap masih relatif kurang memuaskan. Vanessa Aurelia, seorang Research Analyst dari IDC Indonesia menjelaskan, "Meskipun pasar mengalami pemulihan di tahun 2024 setelah bertahun-tahun mengalami penurunan, kita masih melihat bahwa kondisi tersebut belum optimal. Banyak konsumen yang masih merasa cemas di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi yang melanda dunia saat ini." Dia juga memprediksi bahwa pertumbuhan pasar smartphone diperkirakan akan berkisar satu digit lebih rendah untuk tahun 2025.
Menarik untuk diperhatikan, lima merek teratas yang menguasai pasar ponsel di Indonesia sepanjang tahun 2024 dengan pangsa pasar yang signifikan adalah sebagai berikut:
1. Transsion - 18,3%
2. Oppo - 17,8%
3. Samsung - 16,5%
4. Xiaomi - 15,3%
5. Vivo - 14,8%
Melihat data ini, kita dapat menyimpulkan bahwa meskipun Samsung tetap berkuasa, merek-merek lain seperti Transsion dan Oppo juga berhasil meraih persentase pangsa pasar yang cukup besar. Transsion, khususnya, tampak berhasil menarik perhatian konsumen dengan hadirnya ponsel-ponsel yang terjangkau dan dilengkapi dengan fitur menarik. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen di Indonesia sangat memperhatikan kombinasi antara harga dan fitur saat memilih smartphone, terutama dalam hal konektivitas 5G.
Menanggapi perkembangan ini, patut dicatat bahwa peluncuran berbagai model smartphone dengan inovasi teranyar di sektor 5G merupakan angin segar bukan hanya bagi konsumen, tetapi juga bagi industri teknologi secara keseluruhan. Dengan semakin banyaknya pengguna ponsel 5G, diharapkan ekosistem digital akan membuka jalan bagi berbagai peluang baru dalam bisnis, pendidikan, dan sektor-sektor lain yang dapat memanfaatkan kecepatan dan kapasitas dari jaringan ini.