Masa depan NASA, lembaga antariksa paling prestisius di dunia, tengah berada di persimpangan jalan yang genting. Pemerintahan Donald Trump dikabarkan memangkas hampir setengah dari anggaran program ilmiah NASA, dengan total pemotongan dana sebesar 24% dari keseluruhan bujet. Langkah ini mengancam keberlanjutan berbagai proyek luar angkasa yang telah menjadikan Amerika Serikat sebagai pemimpin dalam eksplorasi kosmos.
Sejak keberhasilan besar seperti pendaratan manusia di Bulan hingga pemotretan galaksi jauh oleh teleskop Hubble dan James Webb, NASA telah menjadi pilar dalam pencapaian sains global. Namun, serangkaian kebijakan efisiensi dari Gedung Putih kini menempatkan organisasi ini dalam ketidakpastian ekstrem.
Pemangkasan Sepihak Tanpa Masukan NASA
Sumber dalam menyebut bahwa kebijakan pemotongan ini dilakukan tanpa banyak konsultasi dengan pihak NASA sendiri. Bahkan, pada 31 Mei 2025, hanya beberapa hari menjelang proses konfirmasi Senat, Trump secara tiba-tiba mencabut pencalonan Jared Isaacman sebagai calon administrator baru NASA. Isaacman dikenal sebagai pengusaha yang juga dua kali ikut serta dalam misi luar angkasa swasta—kombinasi unik antara penggemar antariksa dan pelaku bisnis teknologi.
Hingga kini, NASA belum menerima nama baru untuk menggantikan posisi tersebut, dan ini memicu kekhawatiran akan kekosongan arah kepemimpinan lembaga yang selama ini menjadi garda terdepan inovasi ilmiah Amerika.
Konflik Politik dan Masalah Internal Menghambat Arah NASA
Menurut Casey Dreier, kepala kebijakan luar angkasa dari Planetary Society, ketidakpastian di tubuh NASA saat ini diperparah oleh konflik politik antara Trump dan Elon Musk, CEO SpaceX yang juga menjadi mitra kontrak utama NASA dalam banyak misi luar angkasa dan proyek pertahanan nasional. Ketegangan ini berpotensi memengaruhi kelangsungan berbagai proyek strategis jangka panjang.