Mengutip laporan dari IFL Science, keputusan ini bukanlah hal yang mudah. Keluar dari wahana luar angkasa berarti menantang berbagai bahaya: mulai dari radiasi matahari yang ekstrem, potensi tabrakan dengan benda luar angkasa, hingga tekanan psikologis karena berada dalam kehampaan yang gelap dan sepi. Namun, tantangan besar ini tidak menghentikan Allen dan Gardner.
Keduanya mengenakan pakaian luar angkasa berteknologi tinggi dan mulai meluncur ke luar wahana. Dalam kondisi mengambang, mereka mendekati posisi satelit Palapa yang tidak stabil. Dalam misi ini, Allen bertugas pertama kali keluar dan menghampiri satelit menggunakan pengait yang terhubung ke wahana induk. Sementara itu, Gardner tetap berada di atas wahana, bersiap menerima satelit begitu Allen berhasil mengarahkan dan menstabilkannya.
Aksi Koordinatif yang Menentukan Kesuksesan Misi
Seluruh operasi dilakukan dengan pengawasan ketat dari rekan mereka yang tetap berada di dalam wahana. Koordinasi antara Allen dan Gardner menjadi kunci sukses misi ini. Allen perlahan mendekati Palapa, memastikan posisinya stabil sebelum mengaitkan kabel pengaman yang akan menarik satelit kembali ke wahana. Gardner, dari posisinya di atas, mengarahkan dan memandu proses penarikan agar satelit bisa masuk ke ruang muatan dengan sempurna.
Bayangkan betapa sulitnya bekerja di ruang hampa udara, tanpa gaya gravitasi, dan hanya bergantung pada alat bantu serta keterampilan komunikasi. Namun, setelah 5 jam 42 menit yang mendebarkan, misi tersebut akhirnya berhasil. Satelit Palapa berhasil diamankan dan dibawa kembali ke Bumi tanpa kerusakan berarti.
Bukan Sekadar Teknologi, Ini Tentang Kolaborasi Global
Kisah ini bukan sekadar tentang aksi heroik dua astronaut Amerika. Ini adalah bukti bagaimana kolaborasi internasional dalam bidang luar angkasa telah membantu negara-negara berkembang seperti Indonesia mempertahankan dan mengelola aset strategisnya.