Sementara itu, OpenAI terus melanjutkan pengembangan teknologi AI mereka, termasuk ChatGPT dan GPT-5 yang kabarnya akan membawa lompatan besar dalam performa dan efisiensi. Di sisi lain, Altman juga tengah menghadapi tekanan dari publik dan regulator terkait isu transparansi dan etika penggunaan AI, terutama dalam skala global yang semakin kompleks.
Perebutan kekuasaan di bidang AI ini tidak hanya akan membentuk masa depan teknologi, tetapi juga memengaruhi arah kebijakan, industri, hingga kehidupan sehari-hari. Siapa yang berhasil menguasai teknologi kecerdasan super, berpotensi mendefinisikan ulang bagaimana dunia bekerja di era digital mendatang.
Dalam konteks ini, perebutan sumber daya manusia—terutama yang memiliki kompetensi luar biasa dalam machine learning, model bahasa besar, dan infrastruktur AI—akan terus menjadi faktor kunci. Tawaran kompensasi besar hanyalah satu bagian dari persaingan tersebut. Budaya kerja, visi jangka panjang, dan komitmen terhadap nilai-nilai etis juga akan menjadi faktor penentu dalam menarik dan mempertahankan talenta terbaik.
Perang AI belum usai, dan tampaknya akan semakin panas. Apakah Meta mampu mengejar ketertinggalannya dan menyaingi OpenAI? Ataukah OpenAI tetap akan menjadi pemimpin dalam gelombang revolusi teknologi terbesar abad ini?
Kita tunggu babak selanjutnya.