E-commerce global terus berkembang dengan kehadiran berbagai aplikasi dan platform baru yang menawarkan kemudahan berbelanja barang dari luar negeri dengan harga yang sangat terjangkau. Di Indonesia, dua aplikasi yang sempat menarik perhatian banyak orang adalah Temu dan Shein. Keduanya dikenal dengan model bisnis yang memungkinkan mereka menjual produk langsung dari produsen di China ke konsumen akhir tanpa perantara. Hal ini membuat harga jual mereka jauh lebih rendah dibandingkan barang serupa yang dijual oleh produsen lokal. Meskipun banyak disambut baik karena harga murah, keberadaan Temu dan Shein ternyata tidak bebas dari kontroversi dan tantangan hukum di Indonesia.
Pemerintah Indonesia Mengintervensi Temu dan Shein
Dalam beberapa waktu terakhir, kedua aplikasi ini sempat menarik perhatian karena sempat terdaftar di Google Play Store dan Apple App Store Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia dengan cepat melakukan intervensi dengan melarang keduanya beroperasi di pasar Indonesia. Keputusan ini diambil karena banyak pihak, termasuk pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal, merasa bahwa model bisnis yang diterapkan Temu dan Shein dapat mengancam keberlangsungan UMKM di tanah air.
Dengan menjual barang secara langsung dari produsen di China tanpa melalui saluran distribusi lokal, kedua aplikasi tersebut mampu menawarkan harga barang yang sangat murah. Hal ini membuat UMKM lokal kesulitan untuk bersaing, karena mereka harus memenuhi berbagai regulasi dan biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Temu dan Shein yang tidak terikat dengan peraturan yang sama. Pemerintah Indonesia melihat hal ini sebagai ancaman bagi industri dalam negeri, yang berpotensi menghambat perkembangan UMKM dan bahkan menyebabkan kebangkrutan bagi pelaku usaha lokal.
Model Bisnis Temu dan Shein yang Mengancam UMKM
Temu dan Shein menerapkan model direct-to-consumer (D2C), yang memungkinkan mereka mengirimkan barang langsung dari pabrik di China ke konsumen tanpa melalui perantara atau distributor. Dengan demikian, kedua aplikasi ini dapat menawarkan harga yang jauh lebih rendah daripada produk yang dijual oleh pedagang lokal yang bergantung pada distribusi dan stok barang. Harga murah ini menjadi daya tarik utama bagi konsumen, terutama di pasar negara berkembang seperti Indonesia.