Investasi dalam AI ini tidak hanya terbatas pada aplikasi teknologi informasi tradisional, melainkan juga meluas ke berbagai fungsi operasional lainnya, seperti layanan pelanggan, rantai pasokan, rekrutmen, dan pemasaran. Hal ini menunjukkan bahwa AI semakin mendominasi berbagai aspek penting dalam dunia bisnis.
Sebuah studi global terbaru dari IBM Institute for Business Value mengungkapkan bahwa para eksekutif yang terlibat dalam industri ritel dan produk konsumen telah mulai mengalihkan fokus mereka lebih intensif pada AI. Survei tersebut memprediksi bahwa pengeluaran untuk AI yang melampaui fungsi operasional TI tradisional akan meningkat hingga 52% dalam setahun mendatang.
Seiring dengan meningkatnya peran AI dalam perusahaan, para eksekutif juga memperkirakan bahwa hampir sepertiga (31%) dari total karyawan akan perlu mempelajari keterampilan baru untuk dapat bekerja dengan teknologi AI dalam waktu satu tahun ke depan.
Angka ini diprediksi akan meningkat menjadi 45% dalam tiga tahun mendatang. Peningkatan signifikan ini menunjukkan bahwa perusahaan harus berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia untuk beradaptasi dengan teknologi yang semakin berkembang.
Selain itu, survei menunjukkan bahwa penggunaan AI untuk layanan pelanggan yang lebih personal, seperti respons dan tindak lanjut kepada konsumen, akan mengalami peningkatan luar biasa, mencapai 236% dalam 12 bulan mendatang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi perusahaan untuk mengoptimalkan layanan pelanggan dengan AI yang dapat memberikan solusi yang lebih cepat dan lebih tepat sasaran.
Sebagian besar (55%) dari peningkatan ini diharapkan akan melibatkan kolaborasi antara manusia dan AI, sedangkan hanya 30% yang akan dilakukan secara otomatis tanpa campur tangan manusia. Ini menegaskan pentingnya persiapan sumber daya manusia untuk bekerja berdampingan dengan teknologi canggih seperti AI, bukan hanya mengandalkan otomatisasi sepenuhnya.