Meta Dituduh Gunakan Ancaman untuk Bungkam Mantan Karyawan
Senator Richard Blumenthal, anggota Partai Demokrat dari Connecticut, mendukung kesaksian Wynn-Williams. Ia menyebut bahwa Meta menggunakan intimidasi untuk membungkam suara-suara yang mencoba membuka tabir kebenaran.
Hal ini mencerminkan betapa kuatnya dominasi perusahaan teknologi besar terhadap narasi publik, bahkan terhadap mantan karyawannya sendiri yang menyimpan banyak informasi sensitif.
Isu Kabel Bawah Laut dan Ancaman Keamanan Data
Salah satu isu paling kritis yang diangkat Wynn-Williams adalah proyek Pacific Light Cable Network (PLCN), kabel data bawah laut yang awalnya dirancang untuk menghubungkan Amerika Serikat dengan Hong Kong dan wilayah Asia lainnya. Menurutnya, proyek ini berpotensi menjadi pintu belakang (backdoor) bagi pemerintah China untuk mengakses data pengguna AS.
Ironisnya, Meta saat itu menolak mendengarkan peringatan tentang potensi risiko keamanan nasional. Proyek ini akhirnya batal bukan karena kesadaran dari internal perusahaan, melainkan karena campur tangan langsung dari anggota legislatif AS.
Respons Meta: Membantah dan Menyangkal
Menanggapi tudingan serius ini, pihak Meta menyatakan bahwa kesaksian Wynn-Williams “tidak sesuai dengan kenyataan” dan menilai pernyataan mantan eksekutif itu penuh dengan klaim yang tidak berdasar. Mereka juga menekankan bahwa hingga saat ini, Meta tidak beroperasi secara resmi di China, dan tidak memiliki infrastruktur bisnis aktif di sana.
Namun, pembelaan Meta dianggap kurang meyakinkan oleh banyak pihak, terutama karena adanya jejak rekam Zuckerberg yang berusaha keras untuk masuk ke pasar China, termasuk belajar bahasa Mandarin, menyensor konten sesuai permintaan pemerintah Tiongkok, dan menjalin hubungan dengan pejabat tinggi Beijing.
Zuckerberg: “Selalu Berubah Demi Kekuasaan”
Wynn-Williams juga menyindir bos Meta secara pribadi. Ia menyebut Zuckerberg sebagai sosok yang selalu berganti wajah demi mempertahankan pengaruh dan kekuasaan.