Menurut sebuah laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), diperkirakan akan ada peningkatan besar dalam jumlah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan digital dalam beberapa tahun ke depan. Ini termasuk pekerjaan di bidang pengembangan perangkat lunak, data science, dan kecerdasan buatan itu sendiri.
"AI memang mengubah landscape pekerjaan, tetapi juga membuka peluang bagi mereka yang memiliki keterampilan teknis. Perusahaan-perusahaan kini membutuhkan tenaga kerja yang dapat mengembangkan, memelihara, dan memanfaatkan teknologi ini," tambah Dr. Budi.
Tantangan Bagi Tenaga Kerja Tradisional
Namun, tidak semua sektor merasakan dampak positif dari kecerdasan buatan. Beberapa pekerjaan tradisional, seperti operator telepon, pengemudi, atau pekerjaan manual lainnya, terancam hilang. Banyak pekerja di sektor-sektor ini yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi.
"Pekerjaan di sektor-sektor tertentu memang akan hilang, namun ini bukan berarti kita hanya duduk diam. Pendidikan dan pelatihan kembali menjadi kunci utama dalam mempersiapkan tenaga kerja menghadapi revolusi teknologi ini," ujar Dr. Andi, seorang ekonom yang berfokus pada pengembangan SDM.
Pendidikan dan Pelatihan Ulang untuk Tenaga Kerja
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah Indonesia perlu fokus pada peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan ulang. Selain itu, sektor swasta juga perlu berperan aktif dalam menyediakan pelatihan dan peluang bagi pekerja untuk mengembangkan keterampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja masa depan.
"Pelatihan ulang atau reskilling sangat penting agar tenaga kerja bisa beradaptasi dengan teknologi baru. Program-program pelatihan harus dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada di daerah-daerah terpencil," jelas Dr. Andi.