Ivan Lam, analis dari Counterpoint, menyoroti bahwa performa Apple di kuartal kedua tahun ini memang terlihat kuat, terutama berkat kontribusi dari dua pasar utama: Amerika Serikat dan China. Namun, ia mengingatkan bahwa dinamika pasar bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung pada kondisi ekonomi dan persaingan lokal.
Huawei Kembali Menantang, Tapi Apple Lebih Dilirik
Di sisi lain, Huawei tak tinggal diam. Perusahaan teknologi raksasa asal China ini meluncurkan seri premium mereka, Pura 80 Pro, yang dijual dengan harga mencapai 9.999 yuan atau sekitar Rp 22,5 juta. Ponsel ini mengandalkan teknologi kamera mutakhir dengan sistem Xmage, termasuk lensa ultra-wide, telefoto makro, dan kecerdasan buatan (AI) untuk identifikasi objek serta penyajian informasi kontekstual.
Namun, meskipun spesifikasinya mengesankan, Huawei masih enggan membocorkan informasi mengenai chipset yang digunakan pada seri Pura 80 tersebut. Hal ini cukup menarik perhatian publik mengingat perusahaan masih terikat oleh sanksi perdagangan dari pemerintah Amerika Serikat, termasuk larangan akses terhadap chip 5G.
Dilema Huawei dan Bayang-Bayang Sanksi AS
Sejak diberlakukannya sanksi oleh pemerintah AS, Huawei mengalami penurunan pangsa pasar yang signifikan. Salah satu kendala utama adalah larangan ekspor chip dari perusahaan seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) ke Huawei.
Baru-baru ini, TSMC disebut-sebut sedang diselidiki oleh Departemen Perdagangan AS terkait dugaan pelanggaran larangan tersebut. Namun, perusahaan membantah tuduhan itu secara tegas.
"TSMC adalah perusahaan yang patuh hukum dan mematuhi semua peraturan, termasuk kebijakan ekspor," ujar juru bicara TSMC dalam pernyataan resminya kepada Reuters pada Oktober 2024. Mereka juga menyatakan bahwa hingga saat ini, belum ada penyelidikan resmi yang dilakukan terhadap mereka.