Namun, diskon yang lebih besar pada iPhone 16 Pro saat ini menjadi sorotan tersendiri, karena menunjukkan adanya tekanan nyata terhadap performa produk tersebut di pasar lokal. Para analis meyakini bahwa strategi diskon agresif seperti ini kemungkinan besar menjadi bagian dari upaya bertahan Apple di tengah dominasi merek lokal yang kini semakin kuat.
Menurut laporan IDC, pasar smartphone di Tiongkok saat ini memang sedang mengalami pemulihan yang signifikan. Salah satu bintangnya adalah Xiaomi, yang berhasil mencatat pertumbuhan penjualan hingga 40% pada kuartal pertama 2025. Di sisi lain, Huawei, pesaing kuat Apple yang terus bangkit dari tekanan sanksi global, mencatat pertumbuhan stabil sebesar 10%.
Kebangkitan produsen lokal dengan berbagai inovasi dan harga yang lebih kompetitif jelas menjadi tantangan serius bagi Apple. Produk-produk dari Xiaomi dan Huawei kini tidak hanya mengandalkan harga murah, tetapi juga fitur-fitur canggih, performa kamera unggul, dan teknologi AI yang dibenamkan dalam sistem mereka. Bahkan, dalam beberapa kasus, ponsel flagship dari brand lokal tersebut dinilai lebih unggul dalam hal daya tahan baterai dan integrasi software, dibandingkan iPhone.
Daya saing harga dan teknologi inilah yang membuat banyak konsumen di Tiongkok kini lebih memilih merek lokal ketimbang Apple, terutama untuk kelas menengah yang sebelumnya menjadi target pasar utama iPhone.
Di sisi lain, Apple juga menghadapi tekanan dari sisi regulasi dan sentimen nasionalisme di Tiongkok. Dalam beberapa tahun terakhir, tren belanja masyarakat Tiongkok telah bergeser ke arah mendukung produk lokal, terutama sejak meningkatnya ketegangan geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Kondisi ini jelas memengaruhi persepsi terhadap merek-merek asal AS, termasuk Apple.