Kombinasi antara kompetisi sengit, sentimen lokal, dan harga tinggi menjadikan iPhone 16 sulit bersaing, bahkan dengan strategi diskon agresif. Meskipun iPhone tetap memiliki loyalis yang cukup kuat di kalangan pengguna lama, namun untuk menjaring pasar baru — terutama pengguna yang sensitif terhadap harga dan fitur — Apple tampaknya masih kesulitan.
Langkah ke depan bagi Apple tidak bisa hanya bergantung pada strategi potongan harga. Mereka perlu menyusun ulang pendekatan pemasaran, inovasi produk, dan adaptasi terhadap preferensi konsumen Tiongkok yang berubah dengan cepat. Sementara itu, keberhasilan Xiaomi dan Huawei menunjukkan bahwa kunci keberhasilan di pasar Tiongkok bukan hanya pada kualitas produk, tetapi juga pada pemahaman budaya dan perilaku konsumen lokal.
Secara keseluruhan, data Q1 2025 memperlihatkan lanskap persaingan industri smartphone yang makin dinamis, di mana dominasi merek global tak lagi menjadi jaminan. Penurunan penjualan iPhone 16 di Tiongkok menjadi sinyal bahwa Apple perlu berinovasi lebih dari sekadar desain dan performa, tetapi juga dalam memahami psikologi dan kebutuhan pasar yang kian kompleks.
Apakah Apple akan bangkit dan menyesuaikan strateginya, atau justru terus tertinggal di belakang para pesaing lokal? Jawabannya mungkin akan terlihat dalam laporan kuartal berikutnya.