Sebagian orang menilai bahwa tindakan Google untuk mengakhiri hubungan kerja dengan karyawan yang terlibat dalam protes merupakan bentuk intimidasi terhadap pekerja yang berusaha menyuarakan kekhawatiran mereka. Namun, Google menyatakan bahwa tindakan tersebut dilakukan setelah melakukan penyelidikan dan merupakan bagian dari kebijakan perusahaan untuk menegakkan kedisiplinan dan tanggung jawab kerja.
Menurut sejarahnya, aktivisme karyawan terbukti berhasil dalam mempengaruhi kebijakan perusahaan. Berbagai perusahaan teknologi, termasuk Google, telah mengubah kebijakan atau membatalkan kontrak setelah tekanan dari karyawan dan masyarakat luas. Perusahaan-perusahaan ini menjadi semakin menyadari pentingnya mendengarkan suara para pekerjanya dan mempertimbangkan dampak sosial dari keputusan-keputusan bisnis yang diambil.
Dalam konteks kontrak dengan pemerintah Israel, bagian dari karyawan Google yang terlibat dalam protes menyoroti dampak sosial, politik, dan kemanusiaan dari partisipasi perusahaan dalam membangun infrastruktur teknologi untuk pemerintah yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Diskusi tentang kebijakan bisnis perusahaan dan dampak sosialnya semakin penting dalam dunia yang semakin terhubung secara global.
Dengan demikian, upaya para karyawan untuk memprotes keputusan perusahaan dalam hal kontrak dengan pemerintah Israel merupakan bagian dari perjuangan yang lebih luas dalam menghadapi permasalahan etika dan sosial dalam dunia teknologi. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang tanggung jawab sosial perusahaan teknologi terhadap penggunaan teknologi mereka di tingkat global.
Sebagai bagian dari transparansi dan akuntabilitas, perusahaan-perusahaan teknologi didorong untuk lebih terbuka dalam komunikasi dengan para karyawan dan masyarakat luas mengenai kontrak dan kebijakan bisnis mereka. Disamping itu, perlindungan terhadap suara para pekerja yang ingin menyuarakan keprihatinan mereka juga merupakan hal yang penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan beretika.