Meskipun demikian, langkah ini bukan tanpa konsekuensi. Pemerintah Iran telah melarang penggunaan terminal Starlink, dan menyebut bahwa layanan ini bisa dimanfaatkan pihak asing—termasuk Israel—untuk mengarahkan serangan militer.
Dukungan Mengalir dari Tokoh dan Warganet
Aktivasi Starlink di Iran ternyata tak lepas dari dorongan publik. Seorang pembawa acara ternama, Mark Levin, sempat menyampaikan pesan kepada Musk melalui media sosial agar mengaktifkan Starlink guna membantu warga Iran. Tak lama berselang, Musk merespons positif dan menyatakan bahwa layanan sudah menyala di wilayah tersebut.
Respon cepat ini menambah daftar panjang aksi Musk yang memposisikan dirinya sebagai pengambil inisiatif di luar jalur pemerintahan, mirip seperti saat ia pernah mengaktifkan Starlink di Ukraina saat invasi Rusia pada tahun-tahun sebelumnya.
Bagaimana Starlink Bekerja?
Starlink adalah layanan internet berbasis satelit milik SpaceX yang memanfaatkan ribuan satelit orbit rendah untuk menyediakan akses internet di berbagai wilayah, termasuk area terpencil atau lokasi yang kehilangan koneksi akibat bencana atau konflik.
Untuk menggunakan layanan ini, pengguna membutuhkan terminal penerima yang dipasang di atap rumah atau bangunan. Saat ini, lebih dari 7.500 satelit Starlink telah beroperasi mengitari Bumi, menjadikannya salah satu jaringan komunikasi luar angkasa paling besar dan canggih di dunia.
Namun, infrastruktur semacam ini tak mudah diimplementasikan secara diam-diam di negara yang ketat seperti Iran. Pemerintah Iran kemungkinan akan berusaha mendeteksi dan menindak penggunaan ilegal perangkat Starlink.
Musk dan Latar Politiknya: Dari Trump ke Starlink
Elon Musk sendiri tidak asing dengan dunia politik. Sebelumnya, ia pernah terlibat dalam pemerintahan Donald Trump dengan memimpin unit khusus yang disebut Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE). Unit ini bertujuan mengurangi pengeluaran negara yang dianggap boros.