Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana Instagram dan WhatsApp bisa menjadi bagian dari kerajaan raksasa Meta? Ternyata, di balik akuisisi dua aplikasi besar ini, tersimpan kisah penuh tekanan, strategi bisnis agresif, dan potensi pelanggaran hukum yang kini dipertanyakan. Mantan Kepala Komisi Perdagangan Federal (FTC) Amerika Serikat, Lina Khan, mengungkap bahwa langkah Facebook membeli Instagram dan WhatsApp merupakan reaksi panik terhadap meningkatnya ancaman kompetitor di era booming smartphone.
Dalam wawancara di program Squawk Box CNBC International yang tayang pada Selasa (15/4/2025), Khan menyatakan bahwa pada masa itu, Facebook melihat pertumbuhan pesat dari Instagram dan WhatsApp sebagai potensi ancaman besar terhadap dominasi mereka di dunia digital. Dengan pengguna smartphone yang terus meningkat, dua aplikasi mobile ini menjadi pilihan utama masyarakat untuk berinteraksi secara online.
"Facebook melihat Instagram dan WhatsApp berkembang pesat. Saat itu, mereka berada di persimpangan: membeli atau tersingkir. Kalau tidak bisa menyaingi, satu-satunya jalan adalah mengakuisisi," ujar Khan. Strategi ini dikenal dalam dunia bisnis sebagai pendekatan buy-or-bury, yaitu membeli kompetitor sebelum mereka tumbuh terlalu besar dan menggulingkan dominasi pasar.
Kini, Meta—induk perusahaan Facebook—dihadapkan pada persidangan anti-monopoli yang digelar oleh FTC. Proses hukum ini resmi dimulai pada Senin (14/4/2025) waktu setempat, dengan sorotan tajam terhadap dua akuisisi besar yang dilakukan Meta: pembelian Instagram senilai US$1 miliar pada tahun 2012 dan WhatsApp seharga US$19 miliar pada tahun 2014. Pemerintah AS menduga bahwa langkah ini bukan hanya ekspansi bisnis biasa, melainkan upaya sistematis untuk memonopoli pasar media sosial.