Menurut laporan dari Financial Times, Apple bahkan tengah merencanakan pemindahan penuh fasilitas produksi dari China ke India pada tahun 2026. Meskipun target ini masih cukup ambisius, hal ini memperlihatkan betapa seriusnya Apple dalam membangun ekosistem manufaktur baru di luar China.
Meski begitu, tantangan yang dihadapi tidaklah kecil. Hingga saat ini, menurut laporan Bloomberg, kontribusi India terhadap rantai pasok iPhone global masih berada di angka sekitar 20%. Namun menariknya, tingkat pertumbuhan manufaktur Apple di India mencatat angka yang impresif, yakni 60% per tahun. Dengan laju seperti ini, Apple memperlihatkan komitmen jangka panjang yang bisa membuahkan hasil signifikan.
Namun, Bloomberg Intelligence memperingatkan bahwa untuk memindahkan hanya 10% produksi dari China ke negara lain bisa memakan waktu hingga delapan tahun. Ini menunjukkan kompleksitas tinggi dalam pengalihan rantai pasok, yang mencakup infrastruktur, tenaga kerja terampil, jaringan logistik, hingga dukungan kebijakan dari pemerintah lokal.
India, dengan populasi besar dan biaya produksi yang relatif rendah, menawarkan kombinasi menarik sebagai basis baru manufaktur Apple. Apalagi pemerintah India juga gencar mendorong program “Make in India” yang bertujuan menjadikan negara tersebut sebagai pusat industri global. Dukungan kebijakan ini mempermudah perusahaan asing untuk berinvestasi dan mengembangkan fasilitas produksi di wilayah mereka.
Namun, keputusan ini tidak hanya berdampak pada Apple dan India. Di sisi lain, perusahaan teknologi China yang selama ini mengandalkan produksi iPhone juga bisa terkena dampaknya, termasuk dalam hal pengurangan pesanan dan potensi penutupan pabrik. Hal ini memperlihatkan bagaimana ketegangan geopolitik mampu mengubah arah industri global dalam waktu yang relatif singkat.