Tampang.com | Maraknya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI), termasuk deepfake, telah memasuki fase mengkhawatirkan, terutama di tengah tahun pemilu. Di Indonesia, fenomena ini mulai dimanfaatkan untuk menyebarkan disinformasi melalui konten video yang dimanipulasi. Video palsu yang menampilkan tokoh politik seolah berkata atau melakukan sesuatu yang tidak pernah terjadi bisa memicu kegaduhan sosial dan memengaruhi opini publik secara masif.
Apa Itu Deepfake dan Mengapa Berbahaya?
Deepfake adalah teknologi berbasis AI yang dapat mengedit wajah dan suara seseorang dalam video, sehingga tampak sangat meyakinkan walau palsu. Teknologi ini awalnya dikembangkan untuk hiburan dan eksperimen, namun kini disalahgunakan untuk menyebarkan konten manipulatif.
“Masalahnya, deepfake makin sulit dibedakan dengan video asli. Di tahun politik seperti ini, potensi penyalahgunaannya sangat besar untuk menjatuhkan lawan politik atau memanipulasi opini publik,” jelas Rahmat Cahyadi, pakar keamanan digital dari CyberDef Indonesia.
Tren Deepfake di Tahun Politik
Menurut laporan dari Kominfo, sejak awal 2024, telah ditemukan puluhan konten yang terindikasi sebagai hasil deepfake yang beredar di media sosial. Konten-konten ini tidak hanya menyasar tokoh publik, tetapi juga menyebarkan narasi palsu dengan tujuan politis.