Salah satu solusi yang diusulkan adalah peningkatan keterampilan melalui pelatihan ulang (reskilling) dan pengembangan keterampilan baru (upskilling) agar pekerja bisa beralih ke bidang yang lebih relevan dengan perkembangan teknologi. Ini menjadi penting, terutama bagi perempuan yang saat ini berada dalam pekerjaan dengan risiko tinggi terkena otomatisasi.
Pemerintah juga diimbau untuk menetapkan kebijakan perlindungan kerja yang adaptif serta mendorong investasi di sektor-sektor ekonomi baru yang berbasis teknologi namun tetap inklusif terhadap tenaga kerja manusia. Ini mencakup program pendidikan vokasional, pembukaan akses ke teknologi digital, serta insentif bagi perusahaan yang mendorong transformasi tenaga kerja secara bertanggung jawab.
AI Tidak Netral Gender: Kenapa Kita Harus Peduli?
Isu ini menyingkap kenyataan bahwa AI bukanlah entitas netral. Data pelatihan yang digunakan untuk membangun sistem AI bisa mencerminkan bias sosial yang ada, termasuk bias gender. Oleh karena itu, pengembangan teknologi ini harus dilakukan dengan pendekatan etis dan inklusif, agar tidak memperdalam ketimpangan yang sudah ada.
Jika tidak diantisipasi, dominasi AI di sektor-sektor tertentu dapat memperburuk ketimpangan gender di dunia kerja. Maka, langkah preventif seperti peningkatan akses perempuan pada bidang STEM (science, technology, engineering, and mathematics) serta pelibatan mereka dalam desain dan pengembangan teknologi menjadi krusial.