Konsep yang sama juga berlaku bagi anggota keluarga kerajaan Jepang lainnya, tetapi untuk pihak lain seperti istri Raja Charles, Permaisuri Camilla, kondisi berbeda dihadapi. Ianya tetap wajib memiliki paspor diplomatik untuk melakukan perjalanan internasional. Meskipun demikian, dokumen kerajaan yang diberikan kepada Kaisar dan Permaisuri tetap dianggap cukup untuk memungkinkan perjalanan mereka dengan syarat yang lebih mudah dibandingkan dengan warga biasa.
Selain itu, komunikasi antara Jepang dan negara tujuan juga dilakukan sebelumnya oleh Kementerian Luar Negeri. Prosedur ini memastikan bahwa negara-negara tersebut sudah diinformasikan tentang kehadiran Kaisar dan Permaisuri, sehingga menghindari potensi masalah saat tiba di tempat tujuan. Sir Clive Alderton, yang menjabat sebagai sekretaris pribadi Raja Charles III, mempunyai tanggung jawab penting dalam mengatur perjalanan serta memastikan kelancaran proses kemungkinannya.
Pengetahuan tentang privelese istimewa yang dimiliki oleh ketiga individu ini menyoroti bagaimana status dan posisi sosial memainkan peran besar dalam aturan internasional tentang perjalanan antar negara. Penanganan yang berbeda ini menggarisbawahi betapa kayanya tradisi dan sistem pemerintahan yang ada di dunia, serta faktor historic dan sosial yang membawanya. Sementara orang-orang biasa tunduk pada peraturan imigrasi yang ketat, raja dan ratu ini mampu melintasi batas negara dengan cara yang jauh lebih bebas, sebuah cerminan dari kedudukan mereka.
Banyak orang mungkin bertanya-tanya: apakah hak istimewa ini memberikan tekanan lebih kepada mereka? Dalam konteks tanggung jawab, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh seorang raja atau ratu saat melakukan perjalanan internasional—misalnya, menjaga citra negara dan berpartisipasi dalam diplomasi. Namun, di balik semua itu, kebebasan dalam bepergian tetap menjadi keuntungan yang jelas bagi mereka.