Selain itu, ada juga karya-karya dari penulis dalam negeri yang tak kalah emosional, seperti "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata. Buku ini mengisahkan perjuangan sepuluh anak dari desa terpencil di Belitung yang berusaha mengejar pendidikan meski dalam keterbatasan. Cerita ini sangat menyentuh hati karena menggambarkan betapa pentingnya pendidikan dan bagaimana semangat pantang menyerah dapat mengubah nasib seseorang. Andrea Hirata berhasil menuliskan cerita yang penuh inspirasi, membuat pembaca tertawa, menangis, dan merenung tentang arti kehidupan dan perjuangan.
Keberhasilan sebuah buku dalam mengaduk emosi pembaca tidak lepas dari kemampuan penulis dalam menciptakan karakter yang hidup dan relatable. Karakter-karakter ini biasanya memiliki kedalaman psikologis yang membuat mereka tampak nyata dan dekat dengan pembaca. Melalui sudut pandang mereka, pembaca diajak untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda, memahami konflik internal dan eksternal yang mereka hadapi, serta merasakan setiap emosi yang muncul.
Gaya penulisan juga memegang peranan penting dalam menciptakan drama kehidupan yang memikat. Penulis yang piawai akan mampu menyusun kata-kata sedemikian rupa sehingga setiap kalimat memiliki kekuatan emosional yang tinggi. Deskripsi yang detail, dialog yang natural, serta narasi yang mengalir dengan lancar, semuanya berkontribusi pada kedalaman cerita dan emosi yang ingin disampaikan.
Buku-buku drama kehidupan juga seringkali menyisipkan pesan-pesan moral yang kuat. Melalui cerita dan karakter-karakternya, penulis berusaha menyampaikan pandangan atau refleksi tentang kehidupan, cinta, pengorbanan, dan berbagai aspek manusiawi lainnya. Pesan-pesan ini tidak disampaikan secara langsung, tetapi melalui pengalaman dan perjalanan hidup tokoh-tokohnya, sehingga lebih mengena di hati pembaca.