Tahun Baru Imlek, atau yang dikenal juga sebagai Tahun Baru Cina, adalah salah satu perayaan terpenting dalam budaya Tionghoa. Perayaan ini tidak hanya sekadar pergantian tahun, tetapi juga sarat dengan makna dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Bagi masyarakat Tionghoa, Tahun Baru Imlek bukan hanya momen untuk bersuka cita, tetapi juga waktu untuk merenung, bersyukur, dan memulai babak baru dengan harapan yang lebih baik.
Tahun Baru Imlek dirayakan berdasarkan penanggalan lunar atau kalender bulan, yang berbeda dengan kalender Masehi. Biasanya, perayaan ini jatuh antara akhir Januari hingga pertengahan Februari. Setiap tahun, perayaan ini diwarnai dengan simbol-simbol dan ritual yang kaya akan makna, seperti warna merah, lentera, angpao, dan makanan khas seperti kue keranjang dan jeruk. Semua elemen ini memiliki arti tersendiri dalam tradisi Tionghoa.
Salah satu tradisi yang paling menonjol dalam perayaan Tahun Baru Imlek adalah penggunaan warna merah. Warna ini dianggap sebagai simbol keberuntungan, kebahagiaan, dan perlindungan dari energi negatif. Mulai dari dekorasi rumah, pakaian, hingga amplop angpao, warna merah mendominasi suasana perayaan. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa warna merah dapat mengusir roh jahat dan membawa keberkahan sepanjang tahun.
Selain warna merah, lentera juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Tahun Baru Imlek. Lentera-lentera ini biasanya dipasang di rumah-rumah dan jalan-jalan, menciptakan suasana yang meriah dan penuh cahaya. Lentera melambangkan harapan akan masa depan yang cerah dan terang. Tradisi menyalakan lentera ini juga sering diiringi dengan doa dan harapan agar tahun baru membawa kebahagiaan dan kemakmuran.