Ketika kedua belahan jiwanya, Sayyidinah Aisyah Ra dan sahabat tersebut sampai di Madinah, mulai terdengarlah gossip yang merusak nama baik beliau. Tuduhan tidak senonoh tersebut tidak hanya menimpa Sayyidinah Aisyah Ra, tetapi juga menyangkut rumah tangga Rasulullah SAW. Salah seorang sahabat yang terlibat dalam peristiwa tersebut, yakni Abdullah bin Ubay, menggunakan kesempatan ini untuk mengadu domba dan menjatuhkan citra kesucian Sayyidinah Aisyah Ra.
Tuduhan tidak senonoh ini membuat Rasulullah SAW dan para sahabatnya terguncang. Namun, Allah SWT kemudian menurunkan ayat-ayat al-Qur'an yang menjelaskan bahwa tuduhan tersebut adalah fitnah yang tidak benar, serta memberikan klarifikasi mengenai kesucian Sayyidinah Aisyah Ra. Ayat-ayat tersebut turun dalam Surah An-Nur (24) ayat 11-26, memberikan klarifikasi yang melepaskan beliau dari tuduhan keji tersebut. Allah SWT juga menjelaskan bahwa orang-orang yang terlibat dalam menyebarkan fitnah tersebut akan mendapat hukuman yang setimpal di akhirat nanti.
Dari kisah ini, dapat dipetik banyak pelajaran berharga. Pertama, tentang kesabaran dan kekuatan iman Sayyidinah Aisyah Ra. Meskipun harus menghadapi tuduhan yang sangat menyakitkan, beliau tetap bersabar dan tidak terpengaruh. Hal ini menunjukkan keteguhan hati dan keyakinan yang kuat kepada Allah SWT. Kedua, kisah ini juga mengajarkan kepada umat Muslim untuk bijak dalam menerima informasi dan tidak langsung percaya pada desas-desus yang tidak jelas kebenarannya. Ketiga, kisah ini menekankan pentingnya menjaga nama baik dan menjauhi fitnah, karena dampaknya bisa sangat merusak persatuan dan keharmonisan umat.