Dalam era modern ini, ketahanan pangan menjadi isu utama yang dihadapi oleh seluruh umat manusia. Dengan pertumbuhan populasi yang pesat dan perubahan iklim yang tidak menentu, penting bagi kita untuk mencari solusi yang efektif untuk menjaga ketersediaan pangan. Dalam konteks ini, prinsip-prinsip Islam tentang pangan halal dan pertanian Islam dapat memberikan panduan yang tidak hanya etis, tetapi juga ramah lingkungan.
Pangan halal adalah konsep penting dalam Islam, yang mengacu pada makanan dan minuman yang diperbolehkan untuk dikonsumsi berdasarkan syariah. Konsep ini tidak hanya mencakup aspek kehalalan dari bahan-bahan yang digunakan, tetapi juga proses produksi yang berkelanjutan. Dalam ajaran Islam, pemeliharaan lingkungan dan sumber daya alam adalah tanggung jawab setiap individu. Oleh karena itu, pertanian Islam bukan hanya tentang menghasilkan produk yang halal, tetapi juga tentang menerapkan praktik-praktik yang mempertahankan dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Dalam catatan sejarah, Nabi Yusuf AS memberikan kita pelajaran berharga tentang pertanian yang berkelanjutan. Dalam kisahnya, terdapat penggambaran yang mendalam ketika Nabi Yusuf ditugaskan untuk menafsirkan mimpi raja yang melihat tujuh sapi gemuk dan tujuh sapi kurus. Dalam tafsirnya, Nabi Yusuf menjelaskan bahwa tujuh sapi gemuk itu melambangkan tahun-tahun subur penuh hasil, sementara tujuh sapi kurus melambangkan tahun-tahun kekeringan. Ia merekomendasikan agar selama tahun-tahun subur, hasil pertanian disimpan untuk menghadapi masa-masa sulit. Tindakan ini menunjukkan pentingnya perencanaan dan pengelolaan sumber daya yang bijaksana dalam pertanian, serta perlunya berbagi hasil dengan masyarakat agar semua orang dapat merasakan manfaatnya.