Misalnya pertemanan antara A dan B. Ketika B bermanfaat untuk A, maka A menganggap B sebagai sahabat. Namun, ketika B tidak memberi manfaat kepada A, maka A tidak menganggapnya teman sama sekali. Pertemanan mereka dibatasi dengan kebermanfaatan yang diterima.
Kondisi tersebut amat buruk, karena :
Yang pertama : B kecewa terhadap A, karena harapan B kebaikannya bisa dibalas dengan kebaikan.
Yang kedua : Realita yang tidak sesuai dengan harapan.
Kondisi tersebut menyadarkan kita bahwasannya harapan itu hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk. Berharap akan keridhoan dari Allah atas apa yang telah diperbuat, bukan tentang kebaikan dari orang lain. Memberi lebih baik dari pada menerima. Sehingga, hati akan menjadi lega dan ikhlas.
“Barang siapa membantu kebutuhan saudaranya, Allah akan membantu kebutuhannya. Barang siapa membebaskan kesukaran seorang Muslim, Allah akan membebaskan darinya satu kesukaran dari kesukaran – kesukaran pada hari Kiamat. Dan barang siapa menutupi (cacat)-nya, akan ditutup aibnya kelak dihari Kiamat.” (H.r. Bukhari Muslim)