Etika SDA dalam Islam juga mengajak umat untuk mengedepankan prinsip keadilan sosial. Eksploitasi yang tidak mempertimbangkan hak-hak masyarakat lokal dan dampak sosialnya bertentangan dengan ajaran Islam. Karenanya, pengelolaan SDA perlu melibatkan masyarakat lokal dan memastikan bahwa mereka mendapatkan manfaat dari pemanfaatan sumber daya tersebut. Ini juga berarti bahwa eksploitasi sumber daya alam harus dilakukan secara berkelanjutan, dengan menjaga kelestarian lingkungan agar generasi mendatang juga dapat menikmati manfaatnya.
Pentingnya etika dalam eksploitasi SDA juga terlihat dalam ajaran mengenai larangan riba dan korupsi. Dalam konteks pemanfaatan SDA, praktik riba bisa mengarah pada eksploitasi berlebihan yang merugikan lingkungan. Dalam hal ini, hukum lingkungan yang adil akan membatasi ekses dari praktik tersebut, menjaga aspek ekonomi agar tetap sejalan dengan nilai-nilai syariah. Dengan demikian, pelestarian sumber daya alam tidak saja menjadi tanggung jawab etis, tetapi juga menjadi hukum yang harus dipatuhi oleh semua pihak.
Pendekatan Islam terhadap ekstraksi dan eksplotasi SDA mencakup berbagai cara untuk mereduksi dampak negatif. Misalnya, penggunaan teknologi ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang baik, dan praktik pertanian berkelanjutan menjadi beberapa contoh konkret dari penerapan etika SDA dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa agama tidak hanya memberikan pedoman spiritual tetapi juga praktikal dalam menghadapi tantangan lingkungan saat ini.