Namun, Islam juga memberikan batasan dalam ketaatan kepada pemimpin. Ketaatan hanya berlaku selama pemimpin tersebut menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan syariat Islam. Jika pemimpin memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam, maka umat Islam tidak wajib menaatinya. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan hanya dalam hal yang ma'ruf (kebaikan)." (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada pemimpin harus selalu didasarkan pada prinsip kebenaran dan keadilan.
Selain itu, Islam juga mengajarkan pentingnya memberikan nasihat dan kritik yang konstruktif kepada pemimpin. Rasulullah SAW bersabda: "Agama adalah nasihat."* Para sahabat bertanya, "Untuk siapa, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan seluruh umat Islam."* (HR. Muslim). Nasihat yang baik dan santun merupakan bentuk tanggung jawab umat Islam dalam menjaga keadilan dan kebenaran. Dengan demikian, ketaatan kepada pemimpin tidak berarti membenarkan segala tindakannya, melainkan harus disertai dengan upaya untuk mengingatkan jika terjadi penyimpangan.
Ketaatan kepada pemimpin yang adil juga mencerminkan sikap disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam Islam, kepemimpinan dianggap sebagai amanah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Pemimpin yang adil akan membawa rakyatnya menuju kebaikan, sementara pemimpin yang zalim akan menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu, umat Islam diwajibkan untuk memilih dan mendukung pemimpin yang memiliki integritas, keadilan, dan komitmen terhadap nilai-nilai Islam.