Menurut Gus Baha, menangani seseorang yang mengklaim sebagai waliyullah memerlukan kebijaksanaan dan kecermatan dalam menganalisis klaim tersebut. Terkadang, klaim semacam ini dapat menjadi alat untuk memperoleh kekuasaan atau mengendalikan orang lain. Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak terburu-buru dalam memberikan pengakuan atau kepercayaan kepada klaim semacam ini tanpa pengujian yang matang.
Sebagai individu yang hidup dalam masyarakat yang penuh dengan beragam keyakinan dan praktik keagamaan, kita perlu memiliki sikap kritis dan analitis terhadap klaim semacam ini. Kita tidak boleh mudah terbuai oleh kata-kata yang terucap dari mulut seseorang, namun perlu menguji klaim tersebut dengan memperhatikan tanda-tanda, perilaku, dan bukti-bukti konkrit yang mendukung klaim tersebut.
Dalam Islam, klaim menjadi waliyullah harus dilihat dari sudut pandang syariat dan tasawuf. Syariat menekankan pentingnya mengikuti ajaran agama yang sejalan dengan Al-Quran dan Hadis, serta menjauhi perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Sedangkan tasawuf memfokuskan pada pengembangan spiritualitas dan kedekatan dengan Allah melalui praktik-praktik khusus dan meditasi.
Ketika menghadapi seseorang yang mengklaim sebagai waliyullah, perlu dilakukan pendekatan yang bijaksana. Kita dapat melakukan beberapa langkah sebagai berikut: