Namun, meski apartheid telah dihapuskan dalam hukum, dampaknya masih dirasakan di banyak aspek kehidupan di Afrika Selatan. Diskriminasi yang diakibatkan oleh apartheid tidak dapat dihapus begitu saja. Berbagai studi menunjukkan bahwa kesenjangan ekonomi antara kulit putih dan non-kulit putih masih sangat mencolok. Banyak daerah yang dikembangkan selama masa apartheid masih mengalami kemunduran, sedangkan daerah yang didominasi oleh kulit putih tetap makmur. Keberlanjutan kesenjangan ini menunjukkan bahwa apartheid tidak hanya sekadar kebijakan yang berumur pendek, tetapi telah berlangsung lama dan mendalam dalam struktur masyarakat.
Kekerasan dan penindasan yang terjadi selama era apartheid menciptakan trauma kolektif yang masih dirasakan hingga kini. Banyak keluarga kehilangan anggota mereka di tangan aparat keamanan yang dilatih untuk mempertahankan sistem diskriminasi ini. Dengan kata lain, pengalaman traumatis ini membentuk identitas generasi yang lebih muda, yang dengan keras memperjuangkan keberlanjutan perubahan sosial. Perjuangan melawan apartheid telah membangkitkan kesadaran yang lebih besar terhadap hak asasi manusia, dan semangat untuk menciptakan masyarakat yang adil dan setara di masa depan tetap berlanjut.
Di sisi lain, proses transisi dari apartheid menuju demokrasi menghadapi berbagai tantangan. Meskipun kebijakan baru diimplementasikan untuk mempromosikan kesetaraan, banyak yang merasa bahwa langkah-langkah tersebut belum cukup untuk menanggulangi warisan diskriminasi yang mendalam. Korupsi, krisis ekonomi, dan ketidakadilan sosial masih menjadi masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat Afrika Selatan, memunculkan diskusi tentang seberapa jauh perjuangan untuk kesetaraan telah berjalan.