Dampak dari dinasti politik sangat signifikan terhadap proses demokrasi. Pertama, dinasti politik dapat menyebabkan terjadinya stagnasi inovasi dalam kepemimpinan. Ketika kekuasaan dipegang oleh satu keluarga, maka peluang bagi pemimpin-pemimpin baru untuk muncul akan terbatas. Hal ini berpotensi menciptakan keberlanjutan kebijakan yang tidak responsif terhadap kebutuhan masyarakat yang terus berubah.
Kedua, keberadaan dinasti politik sering kali berujung pada konflik kepentingan. Ketika kekuasaan dipegang oleh satu keluarga, sulit bagi mereka untuk memisahkan antara kepentingan publik dan kepentingan pribadi. Ini dapat menciptakan ruang bagi korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, karena keputusan yang diambil mungkin lebih menguntungkan bagi keluarga tersebut daripada untuk masyarakat umum.
Dari sudut pandang pemilih, dinasti politik menciptakan siklus ketidakadilan. Banyak pemilih merasa terperangkap dalam pilihan yang terbatas, sering kali harus memilih antara kandidat-kandidat yang memiliki latar belakang keluarga yang sama. Hal ini mengikis makna dari sistem demokrasi, yang seharusnya memberi suara kepada rakyat untuk memilih pemimpin yang mereka anggap paling tepat dan berkualitas.
Fenomena ini juga berpengaruh pada tingkat partisipasi politik masyarakat. Ketika banyak pemilih merasa bahwa mereka tidak memiliki pilihan yang berarti, rasa apatisme terhadap politik dapat meningkat. Pada akhirnya, ini akan menurunkan minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pilkada, mengurangi kualitas demokrasi yang diharapkan. Politisi yang berasal dari dinasti politik mungkin merasa lebih leluasa dalam mengambil keputusan, mengingat dukungan yang telah terbangun dalam jaringan mereka, sementara suara-suara alternatif sering kali tereduksi.