Dinamika etnis dalam perang ini sangat kompleks. Di satu sisi, terdapat ikatan sejarah dan budaya yang kuat antara warga Muslim Bosniak dan warga Katolik Kroat. Di sisi lain, ketidakpercayaan dan ketegangan yang disebabkan oleh mimpi buruk masa lalu terus menciptakan bekas luka emosional. Ketika perang berkecamuk, propaganda digunakan secara luas untuk memperdalam kebencian antar etnis, menciptakan narasi yang menjustifikasi kekerasan.
Salah satu tonggak penting dalam perang Bosnia adalah intervensi NATO pada tahun 1995. Setelah serangkaian serangan udara yang menargetkan posisi-posisi Bosnian Serb, kesepakatan damai akhirnya ditandatangani di Dayton, Ohio, pada bulan Desember 1995. Perjanjian ini membagi Bosnia menjadi dua entitas: Federasi Bosnia dan Herzegovina (majunya Bosniak dan Kroat) serta Republik Srpska (Bosnian Serb). Namun, pembagian ini tidak sepenuhnya menghilangkan ketegangan yang ada, dan akibatnya masyarakat Bosnia tetap terpecah.
Pasca perang, Bosnia i Herzegovina mengalami kemunduran ekonomi dan sosial yang parah. Multinational rebuilding efforts dari Badan PBB dan berbagai organisasi internasional ditempatkan di sana untuk membantu dalam proses pemulihan. Namun, usaha-usaha ini sering terhambat oleh tidak amannya situasi politik dan ketegangan etnis yang terus berlanjut. Sistem pemerintahan yang dihasilkan dari perjanjian Dayton cenderung rumit dan seringkali tidak berfungsi dengan baik karena adanya pengawasan etnis yang berlapis.