Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin oleh Kartosoewirjo merupakan salah satu episode paling krusial dalam sejarah Indonesia pasca-kemerdekaan. Muncul di tahun 1949, DI/TII berupaya untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan tujuan untuk menerapkan syariat Islam di seluruh Indonesia. Gerakan ini tidak hanya menggoyahkan stabilitas politik di Indonesia, tetapi juga menciptakan tantangan besar terhadap pemerintah yang baru terbentuk.
Kartosoewirjo, seorang tokoh yang memiliki latar belakang pendidikan Islam yang kuat dan berpengalaman dalam organisasi, menjadi motor penggerak gerakan DI/TII. Ia memanfaatkan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak mampu mengatasi berbagai masalah seperti pendidikan, ekonomi, dan ketidakadilan. Dalam pandangan Kartosoewirjo, perjuangan untuk mendirikan NII adalah upaya untuk menyelamatkan umat Islam dari penindasan dan ketidakadilan yang dianggap mengakar dalam sistem pemerintahan yang ada.
Pemberontakan DI/TII dimulai di Jawa Barat, tempat di mana Kartosoewirjo berhasil menggalang dukungan dari berbagai kalangan, termasuk para pejuang kemerdekaan yang merasa diberdayakan oleh gerakan ini. Dalam waktu singkat, DI/TII berhasil menguasai beberapa daerah, dan Kartosoewirjo pun mengumumkan berdirinya NII pada tanggal 7 Agustus 1949. Pengumuman ini menjadi pemicu bagi pertempuran yang lebih luas antara gerakan DI/TII dengan pasukan pemerintah Republik Indonesia.