Namun, mobilisasi politik di masjid juga tidak terlepas dari berbagai isu dan kontroversi. Tindakan menggunakan masjid sebagai kendaraan politik praktis sering kali mendapat kritik. Beberapa kalangan berpendapat bahwa orasi politik di dalam masjid bisa mencederai fungsi masjid sebagai tempat ibadah yang khusyuk. Bagi mereka, masjid seharusnya tetap bersifat netral dan tidak terlibat dalam politik praktis yang dapat mengupas kerukunan umat.
Di sisi lain, ada juga argumen yang menyatakan bahwa masjid seharusnya berperan aktif dalam politik karena politik memiliki dampak langsung terhadap kehidupan sehari-hari umat. Banyak orang melihat bahwa ketidakadilan sosial dan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah bisa diatasi melalui advokasi yang dilakukan dari dalam masjid. Dalam konteks ini, peran orasi di dalam masjid menjadi sangat penting untuk mengedukasi dan membangkitkan kesadaran politik umat.
Orasi yang dilakukan di masjid tidak hanya berorientasi pada ajakan untuk memilih, tetapi juga bisa berisi kritik sosial terhadap kondisi yang ada. Dengan demikian, masjid dapat dimaknai sebagai titik awal mobilisasi politik yang berlandaskan pada kearifan lokal dan nilai-nilai agama. Tokoh masyarakat, atau ustadz yang memiliki pengaruh dalam komunitas, sering kali menjadi jembatan antara aspirasi politik dan kepentingan umat.