Setelah kudeta, Haiti memasuki masa suram. Pemerintahan militer yang baru mengadopsi kebijakan represif untuk mengontrol masyarakat, yang mengakibatkan lonjakan kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia, dan pengungsi. Rakyat Haiti yang ingin menghindari kekacauan tersebut banyak yang melarikan diri ke negara-negara lain, terutama ke Amerika Serikat. Resonansi kudeta ini menarik perhatian internasional dan memunculkan protes dari berbagai penjuru dunia, termasuk penyelidikan oleh PBB dan pemanggilan sanksi terhadap rezim militer Haiti.
Namun, upaya untuk memulihkan pemerintahan yang demokratis tidak berjalan mulus. Walaupun pada tahun 1994, dengan intervensi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Aristide berhasil kembali ke Haiti, situasi tetap jauh dari stabil. Ketegangan antara militer dan pemerintah sipil berlanjut, dan kekacauan politik semakin memburuk dengan munculnya berbagai kelompok militan dan krisis ekonomi yang mendalam.
Konflik berkepanjangan yang diawali oleh kudeta tahun 1991 ini menciptakan dampak yang sangat luas bagi Haiti. Korupsi, kekerasan, dan ketidakstabilan politik terus-menerus mengguncang struktur sosial dan ekonomi negara tersebut. Berbagai upaya untuk menggelar pemilu bebas dan adil menemui jalan buntu, dan rakyat Haiti terus berjuang untuk mengatasi pengaruh yang merusak dari kudeta tersebut. Di sisi lain, keterlibatan masyarakat internasional dalam urusan Haiti seringkali dipandang sebagai campur tangan yang tidak konsisten, menambah kesulitan dalam meraih perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan.