Dalam suasana seperti itu, konfrontasi Malaysia menunjukkan bahwa nasionalisme dan nekadisme bisa saling berpaut. Saat Soekarno memperjuangkan cita-cita besar untuk Indonesia, ia juga terjebak dalam dilema yang memerlukan pertimbangan matang dalam strategi. Dengan demikian, pertanyaan tentang apakah konfrontasi ini merupakan tindakan nasionalisme yang murni atau justru sekadar nekadisme masih menjadi bahan perdebatan di kalangan sejarawan dan pengamat politik hingga hari ini.