Tampang

Chaos, Siapa yang menskenariokannya?

10 Nov 2017 10:41 wib. 2.745
0 0
Chaos, Siapa yang menskenariokannya?

“Orang di dalam NU yang tidak cocok dengan PBNU dan Ansor ikut-ikutan mengkritik,” tulis Rais Syuriyah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand, Nadirsyah Hosen, dalam artikel “Mendukung Banser” yang diunggah di NU.or.id pada 7 November 2017.

Dan, memang dalam situasi tegang ini bukan NU melawan non-NU, tetapi kelompok-kelompok yang mengklaim dirinya pro-Pancasila, Pro-NKRI, toleran, berbhineka tunggal ika, dan lain sebagainya melawan kelompok-kelompok yang dituding anti-Pancasila, anti-NKRI, pro-khilafah, radikal, intoleran, dan lainnya.

Parahnya lagi, situasi ini bukan hanya menghadap-hadapkan kelompok-kelompok yang berbasiskan keagamaan, tetapi juga pemerintah dan Polri yang dihadapkan dengan TNI. Upaya membenturkan Polri dan TNI ini bisa terbaca dari “Mendukung Banser”

“Kalau pemerintah dan Polri yang di depan melarang dan membubarkan maka Polri dan Jokowi dianggap anti-Islam oleh kelompok seperti Amien Rais dan kawan-kawan.

Polri dan Pemerintah jadi gamang bersikap. Belum lagi TNI lewat Panglimanya bersikap merangkul pihak-pihak yang secara politik dan ideologis berseberangan dengan Pemerintah dan Pancasila. Polri tidak mau dibenturkan dengan TNI.

Maka diaturlah strategi. Banser ditaruh di depan menghadang Felix, dan kawan-kawan. Polri mem-back-updi belakang. Yang kena caci maki adalah Banser. Dan saya merasa tidak layak saya ikut-ikutan mengkritik dan mencaci Banser atas upaya mereka berdiri di depan menjaga Pancasila dan NKRI. Kalau bukan Banser yang bergerak, siapa lagi?”

Artikel “Mendukung Banser”, termasuk tuduhan Nadir kepada Panglima TNI berserta jajarannya, sudah memviral di media sosial, Pro-kontra pun menyusul.

Dan, dengan menyebut nama Amien Rais yang dalam artikelnya dilabeli dengan predikat negatif,  secara langsung Nadir telah menyeret pendukung Amien masuk ke dalam isu penolakan terhadap Felix.

Sepanjang tahun 2017 ini ada sederet peristiwa yang bisa ditandai sebagai upaya adu domba yang bertujuan untuk menimbulkan kerusuhan.

Dimulai dengan benturan antara massa FPI dengan massa Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) yang terjadi di Bandung pada 12 Januari 2017. Bentrokan yang berawal di ibu kota Jawa Barat ini kemudian menjalar ke sejumlah daerah dengan melibatkan massa dari sejumlah ormas.

Jelang hari pencoblosan Pilgub DKI 2017 setidaknya ada 2 kali upaya provokasi. Pertama, terjadi pada saat FPI menggelar kegiatan Isra Miraj di Cawang pada 15 April 2017. Saat itu sebuah mobil Toyota Avansa yang sedang terbakar bergerak mundur dan mengarah kepada jamaah yang tengah berkumpul. Di tengah kobaran api yang membakar mobil, pengemudi melompat keluar lantas melarikan diri..

Kemudian, pada 18 April 2017 atau sehari jelang hari pencoblosan, terjadi bentrokan antara massa FPI dengan anggota GP Ansor di Kramat Lontar, Jakarta Pusat.

Sementara, pada hari yang sama ribuan massa GP Ansor dari berbagai daerah telah berkumpul di Jakarta untuk menggelar Apel Kebangsaan dan Kemah Kemanusiaan di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta. Di pihak lain, kelompok Tamasya Al Maidah sudah mulai berdatangan di ibu kota.

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Pengertian Orbita
0 Suka, 0 Komentar, 24 Jun 2024

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.