Di Kompasiana, kader-kader PKS datang secara hampir bersamaan. Tetapi, setelah banyak dari artikel mereka yang dihapus admin karena hasil copas atau bahkan hoax, secara hampir bebarengan juga mereka menghilang. Termasuk Jonru Ginting yang hoax dengan artikelnya tentang jenazah di Mesir.
Setalh itu, Kompasiana nyaris hanya didominasi pendukung Jokowi dan Prabowo Subianto yang ketika itu masih kompak, termasuk ketika “menghajar” artikel-artikel yang diposting kader PKS.
Memasuki masa Pilpres 2014, Kompasiana kembali ramai oleh artikel-artikel opini yang diunggah pendukung Jokowi dan Prabowo. Artikel-artikel itu di-share oleh masing-masing pendukung sehingga dibaca hingga ratusan ribu dalam sehari.
Bayangkan, satu saja pemberitaan negatif tentang lawan Jokowi, penulis opini akan mengeksposnya dengan berbagai macam sudut pandang. Demikian juga terhadap berita positif tentang Jokowi.
Prabowo sudah merasakan bagaimann opini membuatnya kesulitan melepaskan diri dari tuduhan sebagai otak dibalik kelompok Saracen, meski polisi sama sekali belum menyentuhnya.
Saat Pilpres 2014, elektabilitas Jokowi yang pada mulanya jauh di bawah Prabowo. Dan jika head to head, sudah bisa dipastikan Jokowi bakal kalah. Tetapi, secara perlahan elektabilitas Jokowi menyusul dan bahkan menyalip Prabowo. Dan, ujungnya menang head to head dalam Pilpres 2014.
Jika mengacu pada hasil pantauan Politicawave, serangan terhadap Jokowi jauh lebih tinggi ketimbang kepada Prabowo. Tetapi, kampanye positif yang dilakukan untuk mendukung Jokowi juga jauh melampaui kampanye positif untuk Prabowo. Hasilnya, net sentimen Jokowi di atas Prabowo.
Artinya, ada strategi kampanye yang salah yang diterapkan oleh tim sukses Prabowo. Salah satu yang paling mencolok adalah digunakannya konten-konten hoax dan provokatif. Biasanya cara ini dijalankan oleh kader-kader PKS lewat akun-akun medsos dan situs-situs yang dikelolanya.
Sebenarnya, tidak sedikit kader PKS yag gusar dengan perilaku rekan-rekan satu partainya yang dinilai mencoreng nilai-nilai dakwah itu. Mereka juga mengecam aktivitas Jonru dan PKSPiyungan. Hanya saja suara mereka kurang kencang.
Sampai kemudian, petinggi PKS meminta pengelola PKSPiyungan da situs-situs lain yang memakai nama PKS untuk menghapus “PKS” dari nama domain dan nama situsnya. PKSPiyungan pun terpaksa dirubah menjadi Piyungan Online.
Usai Pilpres 2014, pendukung Prabowo lenyap nyaris tanpa bekas, termasuk para penulis beken dengan predikat penulis opini terbaik Kompasiana 2013.