Ada juga yang merasa sepi karena pernah punya seseorang yang benar-benar mengerti, tapi kini hubungan itu perlahan menjauh. Dulu ada sahabat yang selalu hadir, yang tahu semua cerita dari hati yang paling dalam. Tapi waktu berubah, dan kedekatan itu tidak lagi sama. Bukan karena pertengkaran, hanya karena kehidupan membawa ke arah yang berbeda. Dan kini, meski masih punya banyak teman, tidak ada satu pun yang benar-benar bisa menggantikan perasaan “dimengerti” seperti dulu.
Kesepian tidak selalu datang dari ketiadaan orang lain. Kadang, ia muncul saat tidak bisa menunjukkan diri sendiri yang sebenarnya. Saat terus menerus berpura-pura baik-baik saja. Saat sibuk menghibur semua orang, tapi tidak ada yang bertanya, “kamu sendiri gimana?”
Perasaan itu valid. Tidak berlebihan. Tidak salah. Itu tanda bahwa hati sedang mencari koneksi yang lebih dari sekadar basa-basi. Mencari tempat untuk benar-benar pulang. Dan meski rasanya berat, kesepian seperti ini bisa menjadi pengingat bahwa manusia memang diciptakan untuk lebih dari sekadar ditemani—manusia ingin dipahami.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa tidak semua orang bisa menjadi tempat pulang. Tidak semua hubungan harus dalam. Tidak semua teman bisa menjadi sahabat jiwa. Tapi di antara keramaian itu, akan selalu ada satu atau dua orang yang benar-benar hadir. Yang mungkin sekarang belum terlihat, atau bahkan sudah ada tapi belum berani didekati lebih jauh.