Seseorang yang hanya hadir saat dia kesepian, tapi menghilang ketika semuanya mulai membaik di hidupnya.
Rasanya mungkin membingungkan. Karena di satu sisi, masih ada perasaan. Tapi di sisi lain, selalu muncul pertanyaan: apakah ini sungguh cinta, atau hanya kebiasaan yang sulit dilepaskan?
Sulit memang, apalagi kalau sudah terlalu banyak kenangan. Tapi ada satu hal penting yang harus diingat: cinta yang sehat nggak bikin seseorang merasa digantung atau jadi cadangan. Cinta yang sehat memberi kejelasan, bukan teka-teki. Menawarkan kenyamanan, bukan kecemasan.
Seseorang yang benar-benar mencintai nggak akan datang hanya saat dia butuh. Dia akan hadir secara konsisten, dengan atau tanpa alasan. Dia nggak akan mempermainkan ruang kosong di hati, hanya karena tahu tempat itu masih bisa disinggahi kapan pun.
Bukan berarti semua yang datang kembali itu punya niat buruk. Tapi penting untuk peka, apakah kehadirannya kali ini berbeda? Apakah ada perubahan nyata? Atau hanya pengulangan pola lama yang bikin lelah?
Belajar mengenali pola hubungan yang nggak sehat memang butuh waktu. Tapi semakin cepat sadar, semakin cepat bisa menyelamatkan diri dari hubungan yang hanya berjalan di tempat. Kadang, keberanian untuk berkata “cukup” justru datang setelah beberapa kali dilukai di titik yang sama.