Kemampuan untuk mengubah pikiran bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan. Ini menunjukkan bahwa Anda terbuka, rasional, dan memprioritaskan kebenaran atau pemahaman daripada ego. Ini juga membangun rasa hormat dari lawan bicara Anda, membuka pintu untuk dialog yang lebih produktif di masa depan. Bahkan jika Anda tidak sepenuhnya mengubah pandangan, setidaknya Anda bisa mendapatkan pemahaman yang lebih nuansa dari masalah tersebut.
5. Pilih Waktu dan Tempat yang Tepat
Kontekstualisasi sangat penting. Berargumen di tengah keramaian, saat seseorang sedang terburu-buru, atau ketika emosi sedang tinggi, kemungkinan besar akan berakhir buruk. Pilih waktu dan tempat di mana kedua belah pihak bisa berbicara dengan tenang, tanpa gangguan, dan dalam suasana yang kondusif.
Jika merasakan ketegangan meningkat atau salah satu pihak mulai menunjukkan tanda-tanda frustrasi, jangan ragu untuk mengambil jeda. Katakan, "Sepertinya kita perlu jeda sebentar. Kita bisa melanjutkannya nanti," atau "Mari kita kembali ke topik ini setelah kita berdua bisa berpikir lebih jernih." Ini menunjukkan kematangan dan keinginan untuk menjaga hubungan tetap baik, daripada membiarkan argumen menjadi rusak oleh emosi sesaat.